Pembelajaran yang kontekstual

Sejatinya pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang kontekstual. sebagaimana pembelajaran di MI Ma`arif Mranggen yang mengedepankan pemebelajaran secara langsung. siswa berinteraksi dengan lingkungan.

Pembelajaran ketrampilan yang bermakna

Pembelajaran tidak hanya berupa materi-materi pelajaran yang konvensional. MI Ma`arif Mranggen mengupgrade siswa dengan ketrampilan-ketrampilan yang bermakna di kehidupan bermasyarakat.

Berinteraksi dengan alam

Pemupukan cinta akan lingkungan alam ditekankan sejak dini. anak diajak untuk mengenal lingkungan alam agar kelak ia ikut melestarikannya.

Pembelajaran yang menyenangkan

Pembelajaran didesain dengan semenarik mungkin, sehingga tercipta iklim pembelajaran yang menyenangkan. anak tak akan bosan lagi dengan pembelajaran.

Semangat untuk memperoleh hasil maksimal

Hasil yang diperoleh merupakan serangkaian proses pembelajaran yang terintegratif dan berkelanjutan agar terbentuk mental siswa yang siap dengan perkembangan jaman.

Minggu, 18 Oktober 2020

Perayaan Maulud Nabi di masa pandemi

 

 
gambar ilustrasi perayaan maulud nabi Muhammad SAW

Rabiul Awal atau biasa disebut bulan Maulid merupakan bulan ketiga dalam sistem penanggalan Hijriah, setelah bulan Muharram dan Safar. Dalam tradisi masyarakat Muslim di Indonesia khususnya masayarakat Jawa, bulan Rabiul Awal identik dengan perayaan Maulid Nabi, atau momen peringatan hari lahir Nabi Muhammad

Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki dalam kitab Mafahim Yajib an Tushahhah, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan bentuk tradisi yang baik di masyarakat, bukan termasuk bagian dari masalah ibadah yang dipersoalkan keabsahannya.   Menurutnya, inilah momen efektif untuk mendakwahkan teladan akhlak Rasulullah SAW, serta sejarah kehidupan, perjuangan, bisnis, politik, strategi kepemimpinan, dan cara ibadah Nabi Muhammad SAW. Pada bulan ini bagus diisi dengan pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, dzikir, tahlil, kalimat thayyibah, dan juga sejarah dan perjuangan Rasulullah.   Imam al-Suyuthi dari kalangan ulama Syafi’iyyah juga mengatakan, Maulid Nabi merupakan kegiatan positif yang mendatangkan pahala. Ia menganjurkan pada bulan Rabiul Awal umat Islam meluapkan kegembiraan dan rasa syukur dengan cara memperingati kelahiran Rasulullah, berkumpul, membagikan makanan, dan beberapa ibadah lain

Bulan Rabiul Awal tergolong mulia karena di dalamnya terdapat sejarah kelahiran manusia paling mulia di muka bumi. Kenapa Rasulullah tak dilahirkan di bulan Muharram, Rajab, Ramadhan, atau bulan-bulan yang dimuliakan syariat?   Sayyid Muhammad ibn Alawi Al Maliki dalam kitabnya adz-Dzakhâir al-Muhammadiyyah menjelaskan, Nabi Muhammad tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun justru masa atau waktu itulah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad lahir. Artinya, Nabi-lah yang mengangkat derajat bulan tersebut, bukan sebaliknya

Di dusun-dusun, suasana perayaan maulid nabi sering dilaksanakan. Masjid-masjid dan langgar-langgar kecil terdengar ramai oleh nada-nada indah perpaduan lantunan sholawat dan iringan rebana sederhana. Anak-anak dan muda-mudi tampak riang gembira bersama kawannya, bapak-bapak terlihat semangat namun tetap khidmat melafalkan Maulid Al-barzanji¸ sementara kaum ibu-ibu dengan agak terburu-buru datang menyusul dengan membawa seceret minuman hangat dan senampan jajanan tradisional untuk dinikmati bersama setelah acara yang biasa disebut srakalan itu usai. Kegiatan ini akan berlangsung setiap malam selama dua belas hari ke depan, tepat sampai tanggal kelahiran Baginda Nabi, dengan ceramah keagamaan bahkan menggelar acara pengajian akbar yang isinya mengisahkan perjalanan hidup Baginda Rasul sebagai penutupnya.

Selain acara srakalan yang diadakan setiap malam, beberapa daerah juga mempunyai tradisinya masing-masing dalam memperingati kelahiran Nabi. Kegiatan-kegiatan ini ada yang dilakukan menjelang bulan Maulid seperti ziarah, ataupun ketika bulan Maulid itu sendiri seperti Grebeg Maulid, Sekaten, pertunjukan wayang, dan lain sebagainya.

Sayangnya, perayaan maulud nabi Muhammad di tahun 2020 ini di barengi dengan pandemi Covid-19 di Indonesia yang belum menunjukkan tanda-tanda akan usai, sehingga kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan di atas nampaknya harus ditiadakan untuk sementara, mengingat dalam pelaksanaannya harus melibatkan banyak elemen dan menimbulkan kerumunan orang (sesuatu yang dilarang saat ini). Para panitia pengajian akbar dan panitia kegiatan Maulidan yang lain terpaksa membatalkan seluruh agenda yang telah jauh-jauh hari dicanangkan. Warga muslim tampak kecewa sekaligus dilemma karena mereka ingin tetap menyelenggarakan kegiatan rutin mereka namun peraturan dari pemerintah melarangnya.
 
Di sisi lain, ada sebagian golongan yang tetap bersikukuh menggelar acara maulidurrasul di tengah kondisi ini, namun dengan protokol kesehatan yang ketat seperti ruang lingkup yang terbatas dan waktu yang singkat. Di saat ini, peran pemerintah diperlukan agar tidak terjadi penggorengan isu oleh oknum tertentu. Kesadaran masyarakat juga penting, mereka harus sadar bahwa perayaan Maulidan tak selamanya harus dalam kapasitas besar, apalagi dalam situasi seperti ini. Perayaan Maulid tetap bisa dilaksanakan dalam lingkup sederhana dengan berbagai pertimbangan, tanpa mengurangi esensi dari Maulidan itu sendiri, yakni meneladani Nabi Muhammad SAW.